Sekilas Tentang Lorjuk

Senin, 17 Desember 2012

Apa yang terbayang dalam benak anda ketika mendengar istilah “lorjuk”?. 

Setiap orang pastinya punya pemikiran yang berbeda dalam mengartikan istilah tersebut. Mungkin bagi anda yang belum pernah mendengar sebelumnya akan berpikir tentang sesuatu yang aneh atau mengartikan lorjuk jauh berbeda dari makna sebenarnya. Sebaliknya, bagi anda yang sudah mengenal lorjuk tentulah tidak akan asing lagi bahkan bisa dibuat ketagihan olehnya. Supaya tidak membuat penasaran, mari mengulas tentang lorjuk… Lorjuk termasuk sejenis binatang laut yang masih termasuk keluarga kerang-kerangan. Lorjuk merupakan istilah lain dari kerang pisau yang banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti darimana munculnya istilah “lorjuk”. Kemungkinan besar lorjuk menjadi populer karena diambil dari nama daerah kerang pisau itu sendiri yaitu “lorjuk” yang banyak ditemukan di Jawa Timur (Pantai Kenjeran Surabaya, Perairan Kwanyar Sidoarjo dan Perairan Madura). Lorjuk memiliki nama latin Solen grandis. Berdasarkan klasifikasinya lorjuk tergolong dalam Phylum Mollusca, Class Bivalvia, Ordo Veneroida dan Family Solenidae. Dilihat dari morfologinya, lorjuk memiliki cangkang yang panjang dengan dua sisi paralel, tubuhnya kecil memanjang, salah satu ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau, menempel dan berdiri tegak di pantai berpasir. Kadang kala lorjuk menarik badannya masuk ke dalam pasir untuk berlindung dari musuh. Di beberapa negara, lorjuk dikenal juga dengan sejum;ah nama seperti ‘razor clam” atau “jacknife’ karena karakteristiknya yang identik dengan pisau.
Kerang bambu seperti halnya jenis kerang-kerangan lainnya memiliki sifat cara makan dengan sistem feeder filter, ia akan memakan mikro algae dan bahan kimia serta bahan beracun (termasuk logam berat) yang terlarut di dalam air maupun dalam mikro algae yang kemudian akan diserap dan dicerna serta diakumulasikan bersama protein di dalam tubuhnya. Apabila daging kerang tersebut dikonsumsi manusia, tentu akan terakumulasi di tubuh manusia.
Ambang batas aman untuk konsumsi adalah dimana kandungan timbal (Pb) = 0,5 ppm (mg/kg), mercuri (Hg) = 0,5 ppm dan tembaga (Cu) = 20 ppm. Namun beberapa penelitian terhadap kerang bambu di perairan Kenjeran Surabaya dan perairan Bangkalan Madura menunjukkan angka untuk Pb, Cadmiun (Cd), dan Hg menunjukkan masing-masing angka 0,247, 0,018 dan angka 0. Timbal (Pb) pada kerang bambu yang di dapat di perairan Bangkalan memang agak tinggi yaitu 0,5 ppm. Dari angka-angka tersebut, menyantap kerang bambu yang di dapat dari perairan tersebut masih dalam batas aman.

0 komentar:

Posting Komentar