Apa yang terbayang dalam benak anda
ketika mendengar istilah “lorjuk”?.
Setiap orang pastinya punya pemikiran yang berbeda dalam mengartikan istilah
tersebut. Mungkin bagi anda yang belum pernah mendengar sebelumnya akan
berpikir tentang sesuatu yang aneh atau mengartikan lorjuk jauh berbeda dari makna
sebenarnya. Sebaliknya, bagi anda yang sudah mengenal lorjuk tentulah tidak
akan asing lagi bahkan bisa dibuat ketagihan olehnya. Supaya tidak membuat
penasaran, mari mengulas tentang lorjuk… Lorjuk termasuk sejenis binatang laut
yang masih termasuk keluarga kerang-kerangan. Lorjuk merupakan istilah lain dari
kerang pisau yang banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti darimana munculnya istilah
“lorjuk”. Kemungkinan besar lorjuk menjadi populer karena diambil dari nama daerah
kerang pisau itu sendiri yaitu “lorjuk” yang banyak ditemukan di Jawa Timur
(Pantai Kenjeran Surabaya, Perairan Kwanyar Sidoarjo dan Perairan Madura). Lorjuk
memiliki nama latin Solen grandis. Berdasarkan klasifikasinya lorjuk
tergolong dalam Phylum Mollusca, Class Bivalvia, Ordo Veneroida
dan Family Solenidae. Dilihat dari morfologinya, lorjuk memiliki cangkang
yang panjang dengan dua sisi paralel, tubuhnya kecil memanjang, salah satu
ujung tubuhnya berbentuk runcing seperti mata pisau, menempel dan berdiri tegak
di pantai berpasir. Kadang kala lorjuk menarik badannya masuk ke dalam pasir
untuk berlindung dari musuh. Di beberapa negara, lorjuk dikenal juga dengan
sejum;ah nama seperti ‘razor clam” atau “jacknife’ karena
karakteristiknya yang identik dengan pisau.
Kerang bambu seperti halnya jenis
kerang-kerangan lainnya memiliki sifat cara makan dengan sistem feeder filter,
ia akan memakan mikro algae dan bahan kimia serta bahan beracun (termasuk logam
berat) yang terlarut di dalam air maupun dalam mikro algae yang kemudian akan
diserap dan dicerna serta diakumulasikan bersama protein di dalam tubuhnya.
Apabila daging kerang tersebut dikonsumsi manusia, tentu akan terakumulasi di
tubuh manusia.
Ambang batas aman untuk konsumsi adalah
dimana kandungan timbal (Pb) = 0,5 ppm (mg/kg), mercuri (Hg) = 0,5 ppm dan
tembaga (Cu) = 20 ppm. Namun beberapa penelitian terhadap kerang bambu di
perairan Kenjeran Surabaya dan perairan Bangkalan Madura menunjukkan angka
untuk Pb, Cadmiun (Cd), dan Hg menunjukkan masing-masing angka 0,247, 0,018 dan
angka 0. Timbal (Pb) pada kerang bambu yang di dapat di perairan Bangkalan
memang agak tinggi yaitu 0,5 ppm. Dari angka-angka tersebut, menyantap kerang
bambu yang di dapat dari perairan tersebut masih dalam batas aman.